Menurut penilaianku sekarang, pada masa kanak-kanakku aku adalah seorang anak kecil yang tumbuh dan besar dalam peradaban yang salah....namun waktu itu aku sendiri tidak menyadarinya. Pertama masuk Sekolah Dasar aku tidak masuk sekolah seperti murid lainnya, sepulang sekolahpun teman sepermainanku kebanyakan orang dewasa yang tidak seusia denganku. Mungkin akibat pergaulan yang keliru itu membuatku lebih cepat mengenal rasa suka terhadap lawan jenis.
Suatu ketika diam-diam aku mulai menyukai seorang gadis yang berdekatan dengan rumahku. Hari demi hari aku terus mengamati gadis itu sepulang sekolah dan menjelang pergi ngaji sore harinya. Bulanpun berganti tahun namun gadis itu tak pernah luput dari perhatianku, sampai suatu masa aku dan keluargaku pindah rumah yang agak jauh dari tempat tinggal gadis itu walaupun masih terbilang satu desa dengannya. Gelagat itu akhirnya terbaca oleh orang tuaku dan akibatnya aku dipindahkan sekolah di ditempat lain.
Saat aku SMP aku mulai mencoba mengalihkan perhatianku dari gadis berambut panjang tetanggaku dengan coba-coba mengenal cinta yang kata orang cinta monyet. Namun selalu aku temukan kebuntuan dan ketidakseriusan pada diriku, kata orang sich asal ada cewek saja. Setiap ada kegiatan ekstra kurikuler di sekolah aku selalu bersemangat ikut dengan tujuan bisa bertemu dengan gadis idolaku waktu kecil, tapi semua usahaku sia-sia jua sampai akhirnya aku tamat SMP.
Bisa masuk sekolah favorite merupakan kebanggaan tersendiri bagiku karena di kelas tiga SMP nilai dan rangkingku merosot dan hancur-hancuran. Pada hari MOS di sekolah baruku aku seakan merasa terbang tinggi dan bahagia sekali karena kembali bertemu dengan gadis idola masa kecilku. Aku kembali merasa bersemangat mengitari perjalanan mentariku. Aku terus memperhatikan gadis itu sampai-sampai aku tidak menyadari ada gadis lain yang menyukaiku, itupun kutahu dari teman sekelasku.
Saat bulan puasa pun tiba, aku mulai melirik gadis idola masa kecilku namun tetap tak ada respon sedikitpun. Saat itulah aku mulai sadar akan siapa diriku dan kupikir tak mungkin meraih bintang di langit. Ketika aku dikenalkan dengan gadis lain yang terlihat sedikit respec terhadapku mulailah aku gencarkan serangan sampai akhirnya kudapatkan gadis itu.
Tahun kedua di SMA aku masuk kelas Biologi, aku mulai suka bertualang ke alam bebas mencari sesuatu yang aku sendiripun tak tahu apa. Hobby baruku ini mulai membentangkan jarak diantara aku dan gadisku, seringkali pula hal ini menjadi sebab kami sering bertengkar, setiap pertengkaran selalu membawaku lari ke alam......di alam bebas yang kembali kuingat adalah gadis idola masa kecilku.
Tamat SMA aku berkelana mencari mutiara yang hilang, di bangku kuliah aku bergaul dengan mengenal banyak orang sampai aku tamat kuliah dan bekerja pun aku terus dan terus mencari. Aku tak henti berdo’a dan berusaha, akhirnya mulai mengerti sedikit banyak makna kehidupan.
Masa aku bekerjalah aku mulai melupakan gadis idolaku itu karena dia tak mungkin kumiliki. Bersamaan dengan itu aku mulai memperhatikan gadis yang sekarang telah menjadi pendamping hidupku. Terima kasih ya Allah, do’a ku telah Engkau Ijabahkan dan kabulkan..... Amin Ya Rabbal Alamin.
Song of the Moment : Mutiara yang Hilang by Yuni Shara
posted by Dekki Yudi Chandra
No comments:
Post a Comment