01 December 2011

Kabut Gunung Kerinci

Hujan adalah temanku yang terbaik hingga detik ini, ketika rintik itu turun dengan tenang ku nikmati suaranya. Malam yg cukup tenang diantara kesibukan diriku dalam beberapa hari ini, beristirahat sejenak didalam studio kecil dan menikmati musik-musik santai yang menghidupkan kembali memori lama tentang perjanan menghujam sang bumi.Membaca kembali comment yang ditulis teman-teman Alumni di FB, merekam kembali cerita-cerita lucu masa itu.

Diriku biasa dipanggil Kiwi ketika SMA, bukan seorang yang dikenal atau akan susah mengenal, karena lebih senang tidak terlalu menjadi pusat perhatian…. Smansa ku lalui dengan banyak cerita, dari coba naksir seseorang dan dapat dipastikan ditolak…. Hehe…. Baru nyadar kalau saingannya berat . Tapi itu tetap menjadi cerita coba-coba dalam hidupku.. selain cerita coba-coba yang lainnya. Masuk Smansa dan mendarat di kelas 1A ( ini juga informasi dari Nelya, karena diriku tidak ingat ), lalu masuk kelas 2 Fisik… bukannya karena pintar, tapi bingung milih kelas yang tidak ada hapalannya. Lalu terdampar secara otomatis di kelas 3 Fisik, ini juga bukan memilih tapi menerima nasib. Dan akhirnya dapat ditebak, lulus dengan nilai apa adanya, yang ijazahnya hingga kini diriku tidak tahu ada dimana.

Masa-masa SMA berlalu, tidak ada pilihan untuk masuk PTN… karena kendala ekonomi mengharuskan diriku mengalah karena sang kakak juga harus kuliah saat itu, waktu berlalu dan diriku terlunta-lunta dengan status pengangguran hingga setahun kemudian bisa kembali memaksakan diri masuk D1 Komputer agar sedikit kelihatan pintar. Dari saat itu diriku mulai berjalan mencari apa yang tidak dimengerti. Mencoba bersahabat dengan jalanan, pindah dari satu kota ke kota lain hingga kembali ke Padang, disana kembali bertemu dengan teman-teman Smansa yang dulu diriku tidak kenal, teman-teman yang kuliah di Padang ternyata memicu diriku untuk kembali mengukur kemampuan diriku agar berbuat lebih.

Bandung menjadi pilihan selanjutnya untuk disinggahi kaki ini, kembali bertahan agar bisa menjadi lebih baik. Bandung mendidik diriku untuk berbuat kreatif, menjadi lebih peduli dan berusaha menjadi lebih berguna untuk manusia lain. Waktu bercerita lain hingga diriku harus kembali menikmati kota Padang, karena keluarga kecilku ada di kota ini.

Hingga saat ini Gunung Kerinci masih menjadi guru terbaik diriku, kala itu ketinggian shelter tiga menjadi tempat ternyaman dalam hidupku, tempat dimana sang awan tampak indah diantara kerlip lampu di desa-desa kecil di kaki gunung. Tegar dan indahnya Sang Kerinci yang kubawa melangkah keluar dari tanah sakti itu. Keindahan Kerinci yang merubah diriku berpikir menekuni photography, cadas yang mengajarkan diriku untuk tetap tegar dalam kesendirian, matahari pagi yang mengajarkan diriku untuk tetap mencintai dinginnya kabut dipagi hari.

Hari ini sama dengan masa-masa itu, diriku masih suka sendiri, masih berjalan menikmati alam, masih mencoba menikmati embun pagi diantara kabut. Hal itu sepertinya yang membuat hanya beberapa gelintir teman yang mengenal diriku. Tidak pintar, tidak menarik dan lebih sering menyendiri. Menghabiskan waktu dengan pensil dan kertas, atau duduk diam diantara kabut. Thanks SoBAT.

[ by Riswandi Sudarsho/Kiwi ]

1 comment:

  1. Bahasa yang sempurna...kisah yang menyentuh....salut Kiwi.

    ReplyDelete