Sebuah kisah tentang persahabatan dan cintaku di usia muda berikut ini akan aku bagi dengan kalian. Sedikit kesulitan juga mengingat alur ceritanya, maklum...udah lama. Hmm...awal kejadiannya saat aku liburan semester, pulang kampung...ceritanya nyari-nyari teman nongkronglah, ga tau gimana tau-tau ketemu seorang pemuda teman SMA dulu. Ngobrol-ngobrol...ngalor-ngidul...si pemuda ini ngajakin mendaki Gunung Kerinci. Aaahh...waktu itu aku sendiri ga yakin bisa ikut...secara Emak gw orang paling galak sedunia...ga boleh gaul ama cowok, hehehe....
Tapi dalam hati kecilku....besar sekali keinginan untuk bisa ikut, karena suka iri juga sama teman-teman yang udah bisa berhasil menaklukkan Gunung Kerinci...sepertinya asyik juga. Tapi waktu itu aku tetap masih takut minta izin sama ortu. Tapi setelah aku pikir-pikir, dari pada menyerah sebelum berjuang akhirnya aku beraniin diri minta izin..., eeeh...gak taunya dapat izin dengan syarat harus bisa jaga diri....Aku malah bingung juga kok malah di izinkan ya? Sempat perang batin juga jadinya karena gak PD dengan kemampuan diri apakah bisa berhasil naik gunung ato gak karena merasa punya fisik yang lemah.
Tapi....pemuda temanku tadi memberi support yang membuat PD ini bangkit, di tambah dengar kabar kalo yang ikut itu ada teman-teman yang lain juga .Waah..rame donk kalo gitu, ada tiga orang pemuda lainnya yang merupakan teman-teman akrab si pemuda yang mengajakku tadi. Dan dengar-dengar salah satunya cowok cool yang terkenal gak mau tau urusan orang.
Akhirnya..kami mepersiapkan diri secara spontan, karena sebelumnya gak nyangka aku bisa ikut. Yaaach...akhirnya dapat petunjuk singkat dari teman-teman, ya...aku seadanya aja berangkat, persiapan lainnya disiapkan oleh mereka berempat. Aku percaya sama mereka bahwa mereka akan menjagaku sebaik mungkin, karena aku pernah baca di cerpen Anita Cemerlang bahwa jiwa-jiwa para pendaki...adalah jiwa-jiwa "Malaikat". Aku serahkan nyawaku sama mereka.
Dari perjalanan SPN - K. Aro...dalam mobil aku di beri bekal materi singkat. Waaah...mulai terasa asyik juga deket dengan mereka...sudah mulai ada chemistry nya antara kami berlima. Pendakian di mulai dengan ritual wajib yaitu berdoa...aku berdoa dalam hati, semoga kami diberi kemudahan dan aku harus berhasil sampai ke puncak, karena inilah kesempatan yang gak boleh disia-siakan, mumpung Emak gw kasih izin......xixixi
Mulailah aku menikmati perjalanan yang belum begitu banyak rintangan, aku mulai mempelajari tabiat mereka berempat.
Pemuda yang ngajakin aku naik gunung biar gak bingung aku sebut pemuda pertama ya.....dia type cowok yang sangat melindungi...betul-betul care banget. Mungkin karena pencetus ide ngajakin aku mendaki dari dia.....jadi tanggung jawab yang berat ada di pemuda pertama ini. Aku jadi semakin nyaman...enjoy...merasa sangat diperhatikan.
Pemuda kedua....karakternya kurang lebih sama dengan pemuda pertama....tapi mungkin karena belum begitu dekat, komunikasiku masih belum begitu terbuka dengannya, masih kaku...tapi lambat laun semua cair karena situasi yang kami rasakan di awal-awal perjalanan...Pemuda kedua sangat baik...care...orangnya tulus.
Kalo pemuda ketiga...dia selalu berusaha menghidupkan suasana, orangnya rame...lucu...gemesin..kocak, aku sangat terhibur.
Pemuda keempat alias si cowok cool....karena suaranya bagus....selalu bernyanyi di setiap kesempatan. Sampe saat ini kalo dengar lagu Galang Rambu Anarki yang judulnya Kasih Jangan Pergi, hatiku langsung bergetar hebat...karena lagu itu yang menemani perjalanan kami saat itu...Pemuda keempat memang cool...selalu "berbahasa" pake lagu...gak banyak ngomong..tapi aku nyaman ada di deket pemuda keempat.
Komunikasi kami satu sama lain mulai terbentuk, hubungan emosional satu dan lainnya terbangun dengan kokoh...kami seolah menjadi satu kesatuan yang saling menguatkan.
Di saat aku mulai keliatan letih...mereka bergantian menghibur serta menyemangati. Awal-awalnya aku agak risih dengan tradisi minum 1 botol rame-rame, namun..semua prasangkaku hilang...karena aku harus ingat bahwa kami satu kesatuan...bukan siapa-siapa lagi...nyawa kami bergantung satu sama lainnya. Yo weeesss...akhirnya aku minum pake botol itu juga......pelajaran baru dari mereka.
Capek...dahaga...gak terlalu dirasakan, kerena sepanjang jalan mereka gantian ngoceh, nyanyi, manubo kawan. Mereka bukan lagi sekedar teman tapi lebih seperti saudara. Kesempatan itu kami pakai untuk berbagi pengalaman hidup...aku pun gak curiga kalo mereka juga ngorek-ngorek pribadiku...nanya pacar misalnya, hhhmm.
Sepanjang jalan aku di kasih tau tentang istilah-istilah pendakian..misalnya 'bonus' yang berarti jalanan yang datar...shelter yaitu tempat peristirahatan, dllnya..
Di shelter dua kami istirahat sejenak...makan dan minum. Karena aku gak bisa masak (buka rahasia neh)...semua mereka yang nyiapin...aku tinggal makan dan minum. Mereka gantian memberi perhatian, dengan kondisi dan fisikku hal itu masih aku anggap wajar, mungkin begitulah adab sebagai pendaki pikirku, maklum...masih pemula.
Mereka gak terlalu memaksakan perjalanan, menyesuaikan dengan kondisiku, awalnya masih canggung menerima pertolongan seperti jabat tangan...tapi apa boleh buat, tanpa genggaman tangan mereka aku bisa jatuh..terpeleset...gak bisa nanjak karena licin. Inilah pelajaran kedua yang aku dapatkan, hidup itu kita juga perlu pertolongan orang lain.
Aku bisa menilai, bahwa mereka orang-orang yang benar-benar baik...mereka mau berkorban untuk teman. Aku kedinginan...pemuda kedua yang minjemin sarung tangannya (thanks ya pemuda kedua...berkat sarung tangannya tanganku jadi hangat. Karena pake kemeja, leherku kena angin...pemuda ketiga yang ngorbanin slayernya untuk ngiket leherku biar hangat juga. Pemuda pertama selalu menuntun aku sepanjang perjalanan, sementara pemuda keempat setia menghibur dengan nyanyiannya. Waaah pokoknya aku wanita yang beruntung ada di tengah-tengah mereka.
Perjalanan santai, tapi target harus tercapai...kami harus bisa nyampe dan istirahat sebentar (tidur) untuk bisa sampe di puncak saat pagi. Aku mulai lelah, kondisi fisik mulai menurun...ngantuk..capek...campur aduklah rasanya...tapi gak sedikitpun aku menyesal ikut mendaki, walaupun saat itu terbayang kasur di rumah plus selimut hangat.
Aku mulai merasa kedinginan...karena pakaianku bukan selayaknya pakaian pendaki, jadi dinginnya mulai menusuk tulang, jari-jari kaki mulai dingin dan kaku (lembab..karena cuma pake sepatu kets biasa). Dingiiiiiin sekali rasanya karena kami sudah berada di ketinggian yang sudah gak ada pohon-pohon tinggi lagi. Shelter tiga....di sinilah kami sepakat untuk mendirikan tenda, istirahat sejenak mengumpulkan energi untuk pendakian ke puncak saat subuh nanti.
Lagi-lagi aku bingung, mikir....gimana tidurnya...? Sempit....akhirnya mereka menyakinkan bahwa inilah yang terbaik untuk saat itu, harus tidur...posisi di tengah-tengah...biar gak kedinginan. Mau gak mau ya....hehehe...bobok dengan susunan mpet-mpetan seperti sarden. Lagi-lagi di hadapkan dengan situasi sulit...secara gw cewek...boboknya di tengah-tengah cowok bo' !!!
Lagi-lagi mereka berupaya untuk memberikan bantuan, karena kondisiku benar-benar kedinginan, kaus kaki basah...akhirnya pemuda kedua lagi-lagi ngorbanin sarungnya buat selimutku. Disinilah aku merasa mereka berperan penting menjaga kondisiku. Aku buang pikiran jelek jauh-jauh karena mungkin itu yang terbaik di saat itu. Pemuda pertama dan pemuda kedua menjaga aku yang tertidur. Pemuda ketiga ngorok. Pemuda keempat berjaga-jaga sambil sibuk memeriksa persediaan kami dan menyiapkan sesuatu yang hangat untuk kami makan dan minum.
Setelah istirahatnya terasa cukup, mulailah kami mempersiapkan diri untuk pendakian menuju puncak. Disini aku dikasih tau kalo medannya susah, jadi harap waspada dan saling berpengangan..jangan berjauhan satu dan lainnya. Sebagai wanita mulai timbul rasa di lindungi dan dijaga oleh pemuda-pemuda cakep itu...siapa yang gak mau...tampang mereka sangat alami sekali...kharisma masing-masing sudah mulai keliatan.
Pendakian kami mulai sebelum subuh, karena aku dijanjikan sama mereka untuk melihat suasana yang sangat indah yaitu saat matahari terbit. Mungkin itu trik mereka supaya aku timbul semangat, karena aku sudah mulai keliatan payah alias ngos-ngosan kalo jalan...jalan lima langkah berhenti.
Dan...SUBHANALLAH....pemandangan indah itu mulai tampak di depan mata, indah sekali...kami berempat sama-sama menatap semburat cahaya matahari yg mulai mengintip. Ya ampuuun....rindu aku situasi seperti itu...dengan wajah sama-sama menatap matahari, kami saling berpengangan satu sama lainnya, kami sama-sama menatap indahnya karunia Allah. Pelajaran ketiga yang aku dapat dari perjalanan ini.
Masih kami lanjutkan pendakian, melewati cadas berbatuan yang licin..salah-salah langkah...meleset dan jatuh...Aku mulai gak kuat...letih...hauuus....capeeek. Giliran pemuda ketiga yang selalu memotivasi..."Shan...liat itu...puncak dikit lagi...tuch liat...deket lagi Shan...disana sangat indah..." Begitulah celoteh pemuda ketiga.
Bergantianlah mereka menarik-narik tangan dan tubuhku yang mulai hilang daya. Pemuda keempat mulai cerewet gak karuan....(Lucu juga cowok ini, bisa juga dia cerewet) selalu ngasih aku minum dan makan cokelat masing-masing sedikit.
Akhirnya...sampailah kami di Tugu Yudha...suasananya sangat hening....hanya desir angin yang aku dengar, kami sempatkan mendokumentasikan moment itu. Disinilah (masih di Tugu Yudha)....Aku menemukan "Hidup lain" yang baru....aku merasa bahwa Allah Maha Besar. Aku sebagai umat manusia lebih kecil dibandingkan debu...keciiil...keciiil sekali....gak berarti apa-apa...gak sepantasnya rasa sombong itu ada di hati manusia, karena Allah sangat agung...Dia menciptakan Alam..Dia yang meberikan kehidupan...Dia lah maha pencipta.
Di sini hatiku dan mataku terbuka, bahwa aku ini hanya makhluk biasa...makhluk lemah....tanpa daya...disinilah bathinku mulai terisi dengan sesuatu yang sifatnya religi...egoisku perlahan luruh di bawa angin...kesombonganku tanggalkan saat itu juga. Saat-saat yang menentukan perubahan dalam hidupku terjadi saat itu....pokoknya sampe saat ini aku gak akan berhenti untuk selalu mengingat keagungan Allah.
Alam telah memberikan pelajaran dalam hidupku...dan di hadapanku saat itu hanya empat pemuda "gilo" itu. Saat itu aku mengucapkan terima kasih kepada mereka yang telah membawaku ke sana...mereka lah orang-orang yang berjasa dalam hidupku karena merekalah aku bisa melihat hidup itu ke arah lebih baik, karena mereka yang membawaku ke alam dimana ilmu kehidupanku dapat disana.
Aku serasa menemukan jiwa baru, memandang hidup itu lebih baik...lebih bisa menghargai yang lain. Kalo bukan karena mereka yang mau menarik-narik aku ke atas, mungkin aku tidak akan pernah berhasil mencapai puncak tertinggi di Sumatra itu. Padahal aku tau mereka juga sangat susah payah bawa diri mereka sendiri, tapi...tak sedikitpun mereka mau meninggalkanku..mereka bukan orang egois...kami sama-sama berjuang...gak jalan satu..yang lainpun gak ikut jalan. Dan di puncak itu kami saling mengucapkan ikrar bahwa kami berjanji mnganggap satu sama lain adalah saudara...
Aku berhasil menginjakkan kaki di Gunung Kerinci, dan aku syah jadi orang Kerinci. Karena dulu aku pernah mengucapkan kalimat (gak sadar kalo kalimat itu ada "magnet"nya) "jangan bangga jadi orang Kerinci kalo belum sampai ke puncak Gunung Kerinci"
Setelah kami anggap cukup menikmati suasana puncak, kami memutuskan turun karena sebentar lagi kabut belerangnya akan keluar. Tahap inilah aku merasa happy, jadi rasa capeknya udah ilang...kami berlomba-lomba turunnya kejar-kejaran (film India kaleee...) Lari-lari kecil, kadang meluncur bak turun dari prosotan...masa kecil kurang bahagia sepertinya
.
Kami mulai benah-benahi barang, karena sudah saatnya turun...aku sibuk celoteh-celoteh kegirangan bak anak kecil dapat mainan. Dan tampaklah wajah-wajah puas dan senang di wajah keempat pemuda itu karena mereka sudah bisa buat aku mendapat sesuatu pengalaman yang lain dalam hidupku. Rasa sayang pada mereka mulai timbul, karena aku anggap mereka kakakku semua.
Suasana turun mulai ada sesuatu yang lain...mulai berlomba-lomba ngajakin aku ngobrol terus...semuanya mulai keliatan anehlah. Mulai ada yang nawarin bantuan kalo aku keliatan capek, tapi memang yang sangat menonjol itu pemuda pertama...(Maaf ya pemuda pertama...aku mulai buka cerita, gpp khan ?)
Mulailah cerita-cerita yang mengarah ke percintaan...
Aku pun mulai terlena dengan pembicaraan, tapi kok pembicaraannya mulai serius saat itu. Tapi...jujur aja, gelagat-gelagatnya sudah mulai lain. Mulailah ada yang melontarkan pertanyaan, gimana kalo keempat pemuda itu suka sama aku. Saat itu aku jawab aja.... gak apa-apa, gak masalah...karena kita gak ngerti kapan rasa itu mulai timbul.
Sebelumnya...digaris bawahi dulu, takut kalo ada yang gak terima kalo aku cerita kisah ini. Bukan bermaksud ungkit-ungkit sesuatu yang dianggap memalukan, ato terkesan aku jadi wanita sombong karena disukai oleh para pemuda-pemuda tadi. Ini hanya sebatas nostalgia., toh hidup kita sudah berjalan masing-masing dan kita sudah ketemu jodoh masing-masing. Cerita ini hanya sebatas menjawab tanda tanya besar dari teman-teman semua. Kepada keempat pemuda yang terlibat dalam ceritaku ini, aku gak bermaksud apa-apa untuk menceritakan ini...aku minta maaf kalo gak berkenan ya Bro.
Kembali lagi ke cerita ya....saat itu aku langsung ditembak dengan pertanyaan, harus milih salah satu di antara mereka..betapa aku langsung kaget. Tapi jujur...aku kagum sama mereka berempat, cuma saat itu aku ditodong harus memberi jawaban.
Pemuda ketiga....orangnya kebanyakan guyon...aku suka dengan orang yang banyak banyolnya..karena aku butuh penghibur. Tapi kalo kebanyakan guyonnya, kapan seriusnya...aku pengen yang romantis.
Pemuda kedua memang bisa mencuri hatiku..dia sangat baik, beruntunglah wanita yang bisa menjadi pendamping hidupnya...orangnya tenang...tulus...mau berkorban untuk melindungi seseorang...rasa kagumku sampe saat ini masih ntuk pemuda kedua. Tapi karena komunikasi kami baru terjalin saat itu, aku belum bisa mendalami jiwa pemuda kedua sepenuhnya..tapi rasa itu ada ntuk pemuda kedua.
Pemuda keempat termasuk salah satu cowok yang aku suka (jujur neh). Karena orangnya terlalu cool...aku penasaran, tapi gak ada keberanian untuk dekat-dekat karena aku merasa kalo aku bukan cewek yang pantas untuk mengisi hari-harinya. Cukup aku pendam dalam hati, karena aku kagum sama cowok yang pinter nyanyi...karena dulu aku menganggap cowok yang bisa nyanyi sekalian main gitar pasti cowok romantis...suiit...suuiit. Entah kenapa saat itu aku tetap gak berani meng"iya"kan kalo aku juga suka sama pemuda keempat, mungkin karena kaget dan gak menyangka kali ya. Pemuda keempat....aku juga suka kamu.
Lalu pilihan terakhir adalah pemuda pertama.....naaah...ini cowok jiwanya sangat mendekati jiwaku, aku merasa banyak persamaan antara kami. Trus..dari awal memang pemuda pertama yang mengajakku ikut, dan kedekatanku sama pemuda pertama sudah tercipta sebelum kami berangkat. Chemistry nya lebih dulu tercipta dengan pemuda pertama...intinya pemuda pertama sudah mencuri perhatian dari awal keberangkatan...makanya aku cenderung menetapkan pilihan ke pemuda pertama. Dan juga sebagai ucapan terima kasih karena pemuda pertamalah aku bisa menjadi manusia yang mau berubah ke arah yang lebih baik.
Hhhmmmm....aku juga gak tau apa ada sesuatu yang mereka bicarakan di belakangku sepanjang perjalanan, bisa jadi juga cuma iseng-iseng mereka aja yang ngetes-ngetes. Yach..apapun niat mereka berempat, mereka semua sudah mengisi ruang-ruang di hatiku, dan hatiku sampe saat ini masih ada nama-nama mereka dan mereka masih menempati ruang-ruang itu...gak akan bisa terhapuskan.
Dan rasa cinta itu bisa timbul tidak mengenal ruang dan waktu...
Toh hidup kita sudah berjalan...nostalgia hanya tinggal nostalgia...hanya esensinya yang kita ambil. Itulah sedikit perjalanan hidupku...mereka sangat berjasa dan memiliki pengaruh dalam hidupku, sifat-sifat dan jiwa pendaki masih aku terapkan dalam hidupku sekarang...Alhamdulillah...efeknya sangat besar.
Posted by Shandra Lanhova
No comments:
Post a Comment